Sabtu, 12 April 2014

cerpen



SIAPA DIA?


Melisa biasa dia dipanggil oleh orang-orang yang mengenalnya. Usianya saat ini 16 tahun. Dia bersekolah di SMAN 204. Dia tidak terbiasa bergaul dengan teman-teman di sekolahnya. Di sekolah dia lebih sering berdiam diri tanpa pernah bermain atau sekedar menyapa teman-teman di kelasnya.

Bel berdering sangat keras pertanda waktu istirahat, di kelas Melisa seperti biasa ada anak-anak yang bermain, makan, dan ada pula yang sekedar berkumpul untuk bercakap-cakap. Terlihat di sudut kelas  melisa sedang membaca, ternyata kumpulan anak-anak yang sedang berbincang-bincang ada salah seorang dari mereka  yang bertanya pada melisa.

“hai mel, gabung yuk sama kita-kita.” ajak via.
”mmm... enggak deh makasih gue lagi baca.” jawab melisa dengan      muka dingin.
”oh yaudah deh.” jengkel via.

Kemudian via kembali lagi berkumpul pada teman-temannya. Lalu via mengatakan sesuatu pada salah seorang temannya.

”eh bel, ada apa sih sama si melisa? Masa gue ajak gabung dia enggak mau.” Tanya via dengan rasa ingin tahu.
“hmm... lu baru tau ya kalo dia emang gitu. Dia tuh emang aneh, setiap di ajak begini begitu enggak pernah mau. Udah gitu, maunya sendirian terus.” Jawab bela.
“emang kenapa?” balas via singkat.
“gue juga bingung, si dian aja yang temen sebangkunya enggak pernah        tau kenapa dia begitu.” Jelas bela.

Terdengar suara bel masuk, anak-anak segera kembali ke tempat duduk mereka.

Bel pulang sekolah telah berbunyi, seperti biasa melisa keluar kelas paling akhir. Saat sedang berjalan menuju gerbang, via menepuk pundak melisa dari belakang dan berkata.

”mel, pulang bareng gue ya?”
“enggak deh gue bisa pulang sendiri.”
“yaudah please mau ya pulang bareng gue?” paksa via.
“yaudah terserah lu.” Singkat melisa.

Ditengah perjalanan via banyak bertanya pada melisa.

”mel kenapa sih lu enggak pernah mau kalo di ajak gabung sama gue?”
”enggak kenapa-kenapa, gue cuma mau sendirian aja, udah deh enggak usah banyak tanya!”
jawab melisa dengan nada sedikit marah.
”oh yaudah maaf deh, oh iya lu kalo curhat sama siapa? Sama ibu lu ya?” tanya via.

Mendengar pertanyaan via, muka melisa langsung memucat. Dan terlintas di dalam otak melisa tentang ibunya. Gambaran tentang wanita yang tidak sedikitpun pernah memperhatikan dia.

Sesampainya dirumah, melisa pergi menuju kamarnya. Namun dari kamar wanita yang biasa dia panggil mama, terdengar suara seorang perempuan dan laki-laki. Melisa penasaran, kemudian dia mengetuk kamar wanita itu.

”ma...ma, mama lagi ngapain di kamar?”
tanya melisa lembut.
”eh enggak usah banyak tanya lu! Mending sekarang lu makan, ganti baju terus tidur, sana!”
bentak wanita itu dengan nada yang kasar.

Melisa langsung pergi tanpa sempat berkata apa-apa pada wanita itu.

Melisa kemudian membaringkan badannya di tempat tidur sehabis sholat ashar. Dalam benak melisa sebenarnya dia tahu bahwa wanita itu sedang bersama seorang lelaki. Setiap kali wanita itu pulang bekerja, melisa selalu melihat wanita itu pulang dalam keadaan mabuk. Terkadang wanita itu muntah-muntah karena banyaknya minuman keras yang dia minum.

Malam itu hujan deras, jarum jam telah menunjukan pukul dua belas tengah malam. Melisa khawatir, kemudian dia menunggu wanita itu di ruang tamu hingga tertidur. Setelah jam menunjukan pukul satu tengah malam, terdengar suara pintu yang di ketuk sangat keras hingga membuat melisa terbagun dari tidurnya. Dengan keadaan mata yang sayup, melisa membuka pintu, dan seketika dia terkejut setelah melihat ibunya itu di bawa oleh lelaki yang tidak dia kenal. Segeralah melisa membawa ibunya ke kamar dan menggantikan bajunya.

Di ruang tamu telah menunggu seorang lelaki yang mengantar ibunya tadi. Dalam benak melisa terpikir perasaan curiga, bahwa lelaki itu adalah pelanggan ibu. Namun untuk menghilangkan rasa curiganya terhadap orang itu, melisa bertanya dengan raut muka yang dingin.

”siapa anda? Mengapa ibuku bisa bersamamu?” tanya melisa penuh curiga.
Dengan tenang lelaki itu menjawab.
”saya fauzi, saat itu saya sedang berjalan menuju rumah kakakku. Namun saat saya ingin menyeberang jalan, saya melihat ibumu tergeletak di jalan setelah sebelumnya dia di buang ke jalanan dari sebuah mobil.” jelas lelaki itu.

Dengan raut muka yang sedih melisa terdiam. Kemudian lelaki itu kembali bertanya pada melisa.

”apa kamu kenal dengan lelaki itu?” tanya lelaki itu penasaran.
”tidak! Aku sama sekali tidak mengenalnya. Tetapi yang aku tahu dia pasti pelanggan ibuku.” jawab melisa pelan.
”maksud kamu ibumu seorang pe.......”
belum selesai lelaki itu bicara, melisa memotong pembicaraannya dan berkata.
”dia pelacur” jawab melisa sedih.

Melisa menangis Pipinya basah oleh air mata, hujan makin deras hingga menjelang pagi. Suasana hening setelah melisa mengakui bahwa ibunya itu seorang pelacur.