SIAPA DIA?
Melisa
biasa dia dipanggil oleh orang-orang yang mengenalnya. Usianya saat ini 16
tahun. Dia bersekolah di SMAN 204. Dia tidak terbiasa bergaul dengan
teman-teman di sekolahnya. Di sekolah dia lebih sering berdiam diri tanpa
pernah bermain atau sekedar menyapa teman-teman di kelasnya.
Bel
berdering sangat keras pertanda waktu istirahat, di kelas Melisa seperti biasa
ada anak-anak yang bermain, makan, dan ada pula yang sekedar berkumpul untuk
bercakap-cakap. Terlihat di sudut kelas melisa
sedang membaca, ternyata kumpulan anak-anak yang sedang berbincang-bincang ada
salah seorang dari mereka yang bertanya
pada melisa.
“hai mel, gabung yuk sama
kita-kita.” ajak via.
”mmm... enggak deh makasih gue lagi
baca.” jawab melisa dengan muka
dingin.
”oh yaudah deh.” jengkel via.
Kemudian via kembali lagi berkumpul pada teman-temannya.
Lalu via mengatakan sesuatu pada salah seorang temannya.
”eh bel, ada apa sih sama si melisa?
Masa gue ajak gabung dia enggak mau.” Tanya via dengan rasa ingin tahu.
“hmm... lu baru tau ya kalo dia
emang gitu. Dia tuh emang aneh, setiap di ajak begini begitu enggak pernah mau.
Udah gitu, maunya sendirian terus.” Jawab bela.
“emang kenapa?” balas via singkat.
“gue juga bingung, si dian aja yang
temen sebangkunya enggak pernah tau
kenapa dia begitu.” Jelas bela.
Terdengar suara bel masuk, anak-anak segera kembali ke
tempat duduk mereka.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, seperti biasa melisa
keluar kelas paling akhir. Saat sedang berjalan menuju gerbang, via menepuk
pundak melisa dari belakang dan berkata.
”mel, pulang bareng gue ya?”
“enggak deh gue bisa pulang
sendiri.”
“yaudah please mau ya pulang bareng
gue?” paksa via.
“yaudah terserah lu.” Singkat melisa.
Ditengah
perjalanan via banyak bertanya pada melisa.
”mel kenapa sih lu enggak pernah mau
kalo di ajak gabung sama gue?”
”enggak kenapa-kenapa, gue cuma mau
sendirian aja, udah deh enggak usah banyak tanya!”
jawab melisa dengan nada sedikit
marah.
”oh yaudah maaf deh, oh iya lu kalo
curhat sama siapa? Sama ibu lu ya?” tanya via.
Mendengar pertanyaan via, muka melisa langsung memucat.
Dan terlintas di dalam otak melisa tentang ibunya. Gambaran tentang wanita yang
tidak sedikitpun pernah memperhatikan dia.
Sesampainya dirumah, melisa pergi menuju kamarnya. Namun
dari kamar wanita yang biasa dia panggil mama, terdengar suara seorang perempuan dan laki-laki. Melisa
penasaran, kemudian dia mengetuk kamar wanita itu.
”ma...ma, mama lagi ngapain di
kamar?”
tanya melisa lembut.
”eh enggak usah banyak tanya lu! Mending sekarang lu makan, ganti baju terus tidur, sana!”
bentak wanita itu dengan nada yang
kasar.
Melisa langsung
pergi tanpa sempat berkata apa-apa pada wanita itu.
Melisa kemudian membaringkan badannya di tempat tidur
sehabis sholat ashar. Dalam benak melisa sebenarnya dia tahu bahwa wanita itu
sedang bersama seorang lelaki. Setiap kali wanita itu pulang bekerja, melisa
selalu melihat wanita itu pulang dalam keadaan mabuk. Terkadang wanita itu
muntah-muntah karena banyaknya minuman keras yang dia minum.
Malam itu hujan deras, jarum jam telah menunjukan pukul
dua belas tengah malam. Melisa khawatir, kemudian dia menunggu wanita itu di
ruang tamu hingga tertidur. Setelah jam menunjukan pukul satu tengah malam,
terdengar suara pintu yang di ketuk sangat keras hingga membuat melisa terbagun
dari tidurnya. Dengan keadaan mata yang sayup, melisa membuka pintu, dan
seketika dia terkejut setelah melihat ibunya itu di bawa oleh lelaki yang tidak
dia kenal. Segeralah melisa membawa ibunya ke kamar dan menggantikan bajunya.
Di ruang tamu telah menunggu seorang lelaki yang
mengantar ibunya tadi. Dalam benak melisa terpikir perasaan curiga, bahwa
lelaki itu adalah pelanggan ibu. Namun untuk menghilangkan rasa curiganya
terhadap orang itu, melisa bertanya dengan raut muka yang dingin.
”siapa anda? Mengapa ibuku bisa
bersamamu?” tanya melisa penuh curiga.
Dengan tenang
lelaki itu menjawab.
”saya fauzi, saat itu saya sedang
berjalan menuju rumah kakakku. Namun saat saya ingin menyeberang jalan, saya melihat
ibumu tergeletak di jalan setelah sebelumnya dia di buang ke jalanan dari
sebuah mobil.” jelas lelaki itu.
Dengan raut
muka yang sedih melisa terdiam. Kemudian lelaki
itu kembali bertanya pada melisa.
”apa kamu kenal dengan lelaki itu?”
tanya lelaki itu penasaran.
”tidak! Aku sama sekali tidak
mengenalnya. Tetapi yang aku tahu dia pasti
pelanggan ibuku.” jawab melisa pelan.
”maksud kamu ibumu seorang
pe.......”
belum selesai lelaki itu bicara,
melisa memotong pembicaraannya dan berkata.
”dia pelacur” jawab melisa sedih.
Melisa menangis Pipinya basah oleh air mata, hujan makin
deras hingga menjelang pagi. Suasana hening setelah melisa mengakui bahwa ibunya
itu seorang pelacur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar